Bisnis Apartemen Di Indonesia Lesu Pengembang Susah Jualan, Kelesuan ekonomi nasional yang belum menunjukkan tanda pemulihan signifikan berdampak langsung terhadap sektor properti, terutama dalam hal pengembangan proyek-proyek baru.
Sejumlah pelaku usaha di bidang ini lebih memilih untuk bersikap konservatif dan menahan ekspansi sambil menunggu kondisi ekonomi yang lebih kondusif. Hal ini turut mencerminkan dinamika kehati-hatian yang sedang berlangsung di kalangan pengembang properti.
Anton Sitorus, pengamat properti dari AS Property Advisory, mengemukakan bahwa ketidakpastian makroekonomi, baik dari dalam maupun luar negeri, menjadi faktor utama yang mendorong pengembang untuk lebih berhati-hati dalam mengambil keputusan investasi.
Bisnis Apartemen Di Indonesia Lesu Pengembang
“Jika kita mencermati situasi perekonomian nasional saat ini, terlihat bahwa ruang untuk melakukan ekspansi berskala besar masih sangat terbatas. Faktor eksternal seperti ketegangan geopolitik dan perang dagang yang belum mereda memberi tekanan tersendiri terhadap iklim usaha secara umum, termasuk sektor properti,” ungkap Anton kepada CNBC Indonesia pada Minggu (4/5/2025).
Salah satu subsektor yang terdampak adalah pasar apartemen, terutama di wilayah Jakarta dan sekitarnya. Meskipun pemerintah telah memberikan sejumlah insentif untuk merangsang pertumbuhan sektor ini, seperti pembebasan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) sebesar 100 persen pada semester pertama 2025 dan 50 persen pada semester kedua, efeknya terhadap kinerja penjualan belum sesuai harapan.
“Insentif dari pemerintah memang ada, tapi dampaknya terhadap sektor apartemen belum terlalu terasa, tidak sekuat dampaknya pada pasar rumah tapak,” ujar Anton. Menurutnya, kondisi pasar apartemen memang sudah mengalami stagnasi dalam beberapa tahun terakhir, dan belum menunjukkan tanda-tanda pemulihan yang bersifat struktural.
Ia menambahkan bahwa proyek-proyek yang masih berjalan tetap melakukan aktivitas pemasaran, namun tingkat penjualannya belum mengalami peningkatan signifikan. “Penjualannya stagnan, pengembang hanya berupaya menyelesaikan stok yang tersisa dan belum agresif meluncurkan proyek baru,” tambahnya.
Fokus Pengembang Bergeser ke Penyelesaian Proyek
Strategi utama yang saat ini diambil oleh para pengembang adalah menyelesaikan proyek-proyek yang sedang berlangsung. Fokus difokuskan pada serah terima unit kepada konsumen serta upaya untuk menghabiskan persediaan lama yang belum terjual. Pendekatan ini dinilai lebih aman dan efisien dalam menjaga arus kas dan keberlanjutan operasional perusahaan.
Dalam laporan kuartal I 2025, disebutkan bahwa terdapat dua proyek apartemen di kawasan Jakarta Selatan yang telah memasuki tahap serah terima, yaitu Apple 3 Condovilla dan The Veranda Resort Residence (Jimbaran Tower). Secara keseluruhan, kedua proyek ini menambah sebanyak 708 unit apartemen ke dalam pasokan eksisting.
Dengan tambahan tersebut, total pasokan apartemen di wilayah Jakarta kini mencapai 230.755 unit. Jika dibandingkan secara kuartalan (quarter-on-quarter/QoQ), terjadi peningkatan sebesar 0,3 persen, sementara secara tahunan (year-on-year/YoY) peningkatannya mencapai 1,7 persen.
Anton juga menyoroti perlunya pendekatan inovatif dalam strategi pemasaran agar dapat merangsang minat beli konsumen, khususnya di tengah tekanan ekonomi yang masih berlangsung. Skema pembayaran yang lebih fleksibel dan promosi yang menarik dinilai dapat menjadi instrumen penting untuk meningkatkan daya tarik produk apartemen.
“Pengembang harus lebih kreatif. Misalnya, dengan menawarkan rencana cicilan jangka panjang, jaminan sewa kepada investor, atau bahkan insentif berupa voucher belanja perabot untuk setiap pembelian unit. Ini semua bisa menjadi faktor pembeda di tengah pasar yang kompetitif,” jelasnya.
Langkah-langkah seperti ini dapat menjadi solusi jangka pendek yang mampu menjaga momentum penjualan, sembari tetap mempertahankan kepercayaan konsumen terhadap brand pengembang.
Tinjauan Ekonomi dan Prediksi ke Depan
Kondisi ekonomi global yang penuh ketidakpastian masih menjadi tantangan besar bagi industri properti nasional. Tekanan dari luar negeri, seperti kebijakan suku bunga tinggi di negara-negara maju, fluktuasi nilai tukar, dan harga komoditas yang tidak stabil, turut memengaruhi iklim investasi di dalam negeri.
Di sisi lain, dari dalam negeri, pertumbuhan ekonomi yang masih di bawah ekspektasi serta ketatnya likuiditas menjadi faktor penghambat utama bagi masyarakat kelas menengah untuk mengambil keputusan pembelian properti, khususnya apartemen yang bersifat investasi jangka panjang.
Analis memperkirakan bahwa kondisi pasar properti, khususnya apartemen, masih akan berada dalam tren lambat hingga akhir tahun 2025, kecuali jika terdapat perubahan signifikan dalam kebijakan fiskal dan moneter yang mampu merangsang pertumbuhan sektor ini secara struktural.
Para pelaku industri berharap pemerintah dapat terus memberikan dukungan melalui kebijakan yang lebih terintegrasi. Tidak hanya dalam bentuk insentif fiskal, tetapi juga dalam penyederhanaan perizinan, penyesuaian suku bunga KPR subsidi, serta peningkatan infrastruktur penunjang hunian vertikal.
“Kalau pemerintah bisa membuat program yang terintegrasi, tidak hanya insentif pajak, tapi juga ekosistem pendukung lainnya, maka kepercayaan investor dan konsumen akan lebih cepat pulih,” kata Anton menutup keterangannya.
Baca Juga : Cara Cek Bansos PKH Bulan Mei 2025 Catat Jadwal Pencairannya