Prabowo Teriak Serakahnomics Pengusaha Tunjuk Hidung Oknum

Prabowo Teriak Serakahnomics Pengusaha Tunjuk Hidung Oknum

Prabowo Teriak Serakahnomics Pengusaha Tunjuk Hidung Oknum

Pernyataan kontroversial Menteri Pertahanan sekaligus Presiden Terpilih 2024, Prabowo Subianto, kembali menggema setelah ia melontarkan kritik tajam terhadap praktik ekonomi yang ia sebut sebagai “Serakahnomics” . Dalam pidatonya di hadapan para pelaku usaha dan imajinasi, Prabowo mengatakan bahwa perekonomian Indonesia sedang dijalankan oleh segelintir pihak yang “terlalu serakah”, menguasai sumber daya tanpa memperhatikan keadilan sosial.

Prabowo Teriak Serakahnomics Pengusaha Tunjuk Hidung Oknum

Istilah Serakahnomics pertama kali diucapkan Prabowo dalam pidato persahabatannya di Jakarta pada akhir pekan lalu. Ia mengungkapkan kekhawatirannya terhadap fenomena ketimpangan ekonomi yang terus melebar. Menurutnya, praktik ekonomi yang hanya menguntungkan segelintir elite telah menciptakan ketimpangan struktural yang menghambat pertumbuhan inklusif.

“Yang kaya makin kaya, yang miskin makin susah hidupnya. Ini yang saya sebut Serakahnomics,” tegas Prabowo.

Pernyataan ini tidak mengundang perhatian luas, termasuk dari kalangan pengusaha yang merasa tersindir ataupun yang justru mendukung pandangan tersebut.

Pengusaha Tunjuk Hidung: Siapa yang Dimaksud?

Beberapa pengusaha yang hadir dalam forum tersebut langsung memberikan tanggapan. Tak sedikit yang menyambut baik pernyataan Prabowo, namun ada pula yang bertanya siapa sebenarnya oknum yang dimaksud dalam “serakahnomics”.

Seorang pengusaha nasional yang enggan disebut namanya mengungkapkan bahwa praktik praktik monopoli dan dominasi oleh konglomerasi tertentu memang sudah menjadi rahasia umum. “Kalau Pak Prabowo menyebut soal oknum yang terlalu serakah, saya rasa banyak yang tahu siapa mereka. Tapi karena mereka dekat dengan kekuasaan, tidak ada yang berani bersuara,” ujarnya.

Dorongan Transparansi dan Reformasi Ekonomi

Isu serakahnomics ini juga mendapat tanggapan dari beberapa pengamat ekonomi. Mereka menyebut ini sebagai momen yang tepat bagi pemerintah baru untuk mulai membersihkan praktik bisnis yang tidak sehat, terutama yang dilakukan oleh kelompok yang terlalu dominan di berbagai sektor.

Ekonom dari INDEF, Bhima Yudhistira, menyebut bahwa istilah serakahnomics bisa menjadi pintu masuk menuju reformasi struktural. “Kita perlu redistribusi ekonomi, pemberdayaan UMKM, dan mendominasi kartel. Jika tidak, pertumbuhan ekonomi hanya akan dinikmati oleh elite semata,” ujarnya.

Dukungan dari Pelaku Usaha Menengah dan Kecil

Berbeda dengan pengusaha elit besar, pelaku usaha menengah dan kecil justru menyambut pidato baik Prabowo. Mereka menilai keberpihakan pemerintah terhadap usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) masih sangat minim dan terlalu banyak regulasi yang berat sebelah.

“Kalau memang pemerintah baru ingin memberantas serakahnomics, mulai membuka akses yang adil ke pendanaan, pasar, dan teknologi. Jangan hanya menguasai yang besar-besar saja,” ujar Joko Prasetyo, pelaku usaha konveksi dari Bandung.

Harapan pada Pemerintahan Prabowo-Gibran

Dengan pelantikan Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka sebagai Presiden dan Wakil Presiden terpilih yang tinggal beberapa bulan lagi, masyarakat mulai menaruh harapan besar. Pidato tegas yang dinilai Prabowo sebagai sinyal bahwa pemerintah akan memihak rakyat kecil.

Namun demikian, sejumlah pihak mengingatkan agar pernyataan tersebut tidak hanya menjadi slogan politik. Langkah konkret dan kebijakan yang berpihak kepada rakyat harus segera dirumuskan sejak awal masa pemerintahan.

Kesimpulan: Serakahnomics dan Masa Depan Perekonomian Indonesia

Isu Serakahnomics bukan sekedar retorika, melainkan cerminan realita ketimpangan yang nyata di masyarakat. Reaksi dari para pengusaha yang merasa tersindir menunjukkan bahwa kritik Prabowo menyentuh titik sensitif dalam ekosistem ekonomi nasional.

Tantangan selanjutnya adalah bagaimana Presiden Terpilih Prabowo dan timnya mampu mengubah kritik itu menjadi kebijakan. Jika tidak, istilah serakahnomics hanya akan menjadi jargon politik yang hilang tertiup angin.

Baca juga: Menkeu Sri Mulyani Berpartisipasi dalam Pertemuan G20 di Afrika Bersama Bank Sentral Dunia

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *