RI Bakal Punya Pabrik Baterai Rp 95 Triliun, Target Produksi 2027
Pemerintah Indonesia terus memperkuat langkah menuju transformasi energi bersih dan pengembangan industri kendaraan listrik nasional.
Salah satu terobosan besar yang sedang dalam tahap realisasi adalah pembangunan pabrik baterai kendaraan listrik senilai Rp 95 triliun, yang ditargetkan mulai beroperasi pada tahun 2027.
Proyek strategis nasional ini akan menjadi tonggak penting dalam menciptakan ekosistem baterai listrik yang terintegrasi, dari hulu hingga hilir.
Dengan memanfaatkan kekayaan sumber daya alam Indonesia, terutama nikel pemerintah berambisi menjadikan Indonesia sebagai pemain utama dalam rantai pasok baterai dunia.

Lokasi dan Skala Proyek
Pabrik baterai ini akan dibangun di kawasan industri khusus di Kawasan Industri Terpadu Batang (KITB), Jawa Tengah.
Lokasi ini dipilih karena memiliki infrastruktur memadai, akses logistik strategis, serta dukungan pemerintah daerah dan pusat yang kuat.
Pembangunan proyek dilakukan oleh konsorsium perusahaan nasional dan mitra asing, termasuk kerja sama dengan investor asal Korea Selatan dan Tiongkok. Total investasi yang digelontorkan mencapai Rp 95 triliun, menjadikannya salah satu investasi terbesar dalam sejarah industri manufaktur Indonesia.
Pabrik ini akan memiliki kapasitas produksi awal mencapai 50 GWh per tahun, yang cukup untuk memenuhi kebutuhan jutaan kendaraan listrik.
Rencana Produksi dan Target Operasional
Menurut Kementerian Investasi/BKPM, tahap konstruksi pabrik dimulai pada akhir tahun 2025.
Pembangunan akan berlangsung selama dua tahun, dengan uji coba produksi dimulai pada awal 2027 dan target operasional penuh di kuartal III 2027.
Pabrik akan memproduksi sel baterai dan modul baterai untuk kendaraan listrik roda dua, roda empat, serta aplikasi energi terbarukan.
Selain memenuhi kebutuhan domestik, sebagian besar produksi juga ditujukan untuk ekspor, khususnya ke pasar Eropa dan Amerika Utara yang saat ini tengah meningkatkan permintaan terhadap kendaraan berbasis listrik.
Dampak Ekonomi dan Lapangan Kerja
Proyek ini diperkirakan akan menciptakan ribuan lapangan kerja baru, baik langsung di sektor manufaktur maupun tidak langsung melalui sektor pendukung seperti logistik, jasa, dan pemasok komponen. Pemerintah memperkirakan lebih dari 10.000 tenaga kerja akan terserap selama masa konstruksi dan operasional awal.
Selain itu, pabrik baterai ini akan mendorong tumbuhnya industri turunan seperti daur ulang baterai, perakitan kendaraan listrik, dan riset teknologi penyimpanan energi.
Hal ini sejalan dengan rencana pemerintah untuk membangun ekosistem industri hijau yang berkelanjutan dan bernilai tambah tinggi.
Komitmen terhadap Transisi Energi dan Green Economy
Kehadiran pabrik baterai raksasa ini merupakan bagian dari komitmen Indonesia terhadap agenda transisi energi dan pengurangan emisi karbon.
Pemerintah menargetkan net zero emission pada 2060, dan salah satu langkah kunci untuk mencapainya adalah mendorong elektrifikasi sektor transportasi.
Dengan membangun industri baterai secara lokal, Indonesia dapat mengurangi ketergantungan impor dan menciptakan
nilai tambah dari sumber daya mineral yang selama ini diekspor dalam bentuk mentah. Pabrik ini juga akan didukung oleh kebijakan penggunaan energi terbarukan secara bertahap.
Penutup: Langkah Strategis Menuju Kemandirian Energi Nasional
Pembangunan pabrik baterai senilai Rp 95 triliun merupakan langkah strategis yang mencerminkan ambisi Indonesia untuk menjadi pemain global dalam industri kendaraan listrik.
Proyek ini tidak hanya menawarkan keuntungan ekonomi jangka panjang, tetapi juga memperkuat posisi Indonesia dalam rantai pasok energi masa depan.
Baca juga:Genjot Ekonomi BI Beri Sinyal Pangkas Suku Bunga Lagi