Satgas Pangan Ungkap Biang Kerok Harga Ayam Anjlok
Penurunan drastis harga ayam ras di berbagai wilayah Indonesia selama beberapa pekan terakhir menimbulkan
kekhawatiran di kalangan peternak dan pelaku usaha unggas. Harga ayam hidup di tingkat peternak sempat jatuh
hingga di bawah Rp17.000 per kilogram, jauh dari harga pokok produksi (HPP) yang berkisar Rp21.000–Rp23.000 per kilogram.
Kondisi ini memicu kerugian besar, bahkan membuat sebagian peternak kecil memilih menghentikan produksi untuk sementara.
Melihat situasi tersebut, Satgas Pangan turun tangan dan melakukan investigasi untuk mengetahui penyebab utama dari anjloknya harga ayam secara nasional.

Distribusi Tidak Merata Jadi Penyebab Utama
Menurut hasil evaluasi yang dilakukan Satgas Pangan, salah satu penyebab utama dari penurunan harga ayam adalah ketidakseimbangan distribusi pasokan antarwilayah. Beberapa daerah mengalami kelebihan suplai, sementara daerah lainnya justru kekurangan.
Contohnya, daerah Jawa Tengah dan Jawa Timur tercatat mengalami surplus produksi ayam
namun distribusi ke wilayah-wilayah luar pulau atau daerah urban tidak berjalan optimal. Akibatnya
pasokan menumpuk di kandang peternak dan harga di tingkat konsumen pun tidak beranjak, bahkan cenderung turun.
Ketua Satgas Pangan Nasional menyebutkan bahwa distribusi yang tidak efisien disebabkan oleh kurangnya
koordinasi lintas daerah serta kendala biaya logistik yang masih tinggi.
Kelebihan Produksi Tanpa Pengendalian Populasi
Selain distribusi, kelebihan produksi juga menjadi faktor yang tidak bisa diabaikan Dalam beberapa bulan terakhir
banyak peternak menambah populasi ayam karena permintaan sempat naik menjelang Ramadan dan Idul Fitri.
Namun, setelah periode itu berakhir, permintaan tidak diiringi penyerapan yang stabil dari pasar.
“Populasi ayam broiler melonjak karena ekspektasi pasar yang terlalu optimis. Ketika permintaan kembali normal
harga pun jatuh karena pasokan terlalu banyak,” ujar salah satu anggota Satgas Pangan.
Satgas menyarankan agar peternak dan integrator melakukan pengendalian populasi dan perencanaan produksi yang lebih berbasis data permintaan.
Minimnya Fasilitas Cold Storage dan Rantai Dingin
Masalah lain yang ikut memperparah situasi adalah kurangnya fasilitas penyimpanan daging ayam.
Banyak peternak dan pelaku usaha di hilir belum memiliki cold storage yang memadai. Akibatnya, ketika harga anjlok
mereka tidak memiliki pilihan selain tetap menjual ayam dalam jumlah besar untuk menghindari kerugian lebih lanjut akibat membusuknya produk.
Satgas juga menyoroti lemahnya investasi dalam rantai dingin (cold chain) nasional, yang seharusnya bisa menstabilkan harga dengan menyerap stok berlebih dan mendistribusikannya secara bertahap.
Upaya Pemerintah: Intervensi dan Penyerapan
Pemerintah melalui Kementerian Pertanian dan Kementerian Perdagangan kini tengah merumuskan
langkah jangka pendek untuk menstabilkan harga ayam. Salah satunya adalah rencana intervensi pasar berupa penyerapan
stok ayam oleh BUMN pangan, serta mendorong distribusi antarwilayah yang lebih merata.
Selain itu, pemerintah daerah juga diminta ikut mengawasi jalur distribusi dan memberikan dukungan logistik agar
pasokan tidak hanya menumpuk di wilayah produksi.
Seruan kepada Konsumen dan Ritel Modern
Satgas Pangan juga mengimbau kepada pelaku ritel modern dan industri pengolahan makanan untuk meningkatkan
penyerapan ayam dari peternak. Konsumen rumah tangga juga diharapkan memanfaatkan harga murah
saat ini untuk membeli dalam jumlah cukup dan menyimpan dalam freezer sebagai cadangan pangan rumah tangga.
Dengan sinergi antara produsen, konsumen, dan pemerintah, diharapkan gejolak harga ayam bisa segera teratasi dan tidak
mengganggu kestabilan ekonomi peternak rakyat.
Baca juga: Bos Inalum Buka bukaan Rencana IPO, Targetnya 2027
Kesimpulan
Harga ayam anjlok akibat distribusi tidak merata, kelebihan pasokan, dan kurangnya infrastruktur penyimpanan.
Satgas Pangan telah mengidentifikasi biang keroknya dan menyusun langkah-langkah stabilisasi
bersama kementerian dan pelaku usaha. Langkah kolaboratif sangat dibutuhkan agar peternak tidak terus merugi dan pasar tetap sehat serta berdaya tahan.