Staf Airlangga Jelaskan Ekonomi RI Tumbuh 5,12% di Saat Banyak PHK
Pertumbuhan ekonomi Indonesia menjadi sorotan publik setelah Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat kenaikan sebesar 5,12% pada kuartal terakhir.
Hal ini menarik perhatian karena di saat yang bersamaan, banyak perusahaan yang melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK)
akibat tekanan inflasi dan ketidakpastian global. Staf khusus Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto, memberikan penjelasan mengenai faktor-faktor yang memengaruhi pertumbuhan ekonomi di tengah tantangan tersebut.
Staf Airlangga Jelaskan Ekonomi RI Tumbuh 5,12% di Saat Banyak PHK
Menurut staf Airlangga, pertumbuhan ekonomi RI didukung oleh beberapa sektor yang tetap stabil dan menunjukkan kinerja positif.
Sektor konsumsi rumah tangga masih menjadi motor utama pendorong pertumbuhan, meski daya beli masyarakat mengalami tekanan akibat kenaikan harga kebutuhan pokok. Selain itu, sektor ekspor juga berkontribusi signifikan, terutama dari komoditas unggulan seperti batu bara, minyak sawit, dan produk manufaktur yang permintaannya tetap tinggi di pasar global.
Investasi dalam negeri, baik melalui Penanaman Modal Asing (PMA) maupun Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN), juga menjadi faktor penopang. Proyek infrastruktur yang diluncurkan pemerintah dan dukungan kebijakan fiskal membuat investor tetap percaya terhadap prospek ekonomi Indonesia.
Menghadapi Gelombang PHK
Di sisi lain, banyak perusahaan yang melakukan PHK karena tekanan biaya produksi dan fluktuasi permintaan. Staf Airlangga menekankan bahwa pemerintah telah menyiapkan berbagai program mitigasi untuk mengurangi dampak PHK terhadap masyarakat. Program-program ini termasuk pelatihan kembali (reskilling), bantuan sosial, serta dukungan kredit untuk usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) agar sektor riil tetap bergerak dan menyerap tenaga kerja.
Selain itu, kebijakan pajak dan insentif fiskal yang diberikan pemerintah slot gacor diharapkan mampu meringankan beban perusahaan dan mendorong penyerapan tenaga kerja. “Pertumbuhan 5,12% adalah hasil dari keseimbangan antara sektor yang tumbuh positif dan kebijakan pemerintah yang adaptif,” kata staf Airlangga.
Peran Konsumsi dan Investasi dalam Stabilitas Ekonomi
Konsumsi masyarakat tetap menjadi pilar utama ekonomi Indonesia. Meski inflasi menyebabkan beberapa harga naik, daya beli tetap
terjaga berkat program subsidi dan bantuan sosial dari pemerintah. Sementara itu, investasi menjadi penyeimbang penting, karena
mendorong produktivitas dan kapasitas produksi yang lebih besar. Dengan investasi yang sehat, diharapkan lapangan kerja baru dapat tercipta, sehingga dampak PHK bisa diminimalkan.
Kebijakan moneter yang hati-hati oleh Bank Indonesia juga berperan menjaga stabilitas nilai tukar dan suku bunga
sehingga sektor perbankan tetap sehat dan kredit bisa mengalir ke sektor produktif. Hal ini membantu menjaga kepercayaan pelaku usaha dan konsumen terhadap prospek ekonomi jangka menengah.
Strategi Pemerintah untuk Mempertahankan Pertumbuhan
Pemerintah terus menekankan pentingnya koordinasi antara kementerian/lembaga dalam mengelola ekonomi. Strategi yang dijalankan meliputi penguatan sektor manufaktur, percepatan proyek infrastruktur, dukungan terhadap digitalisasi UMKM, dan ekspansi pasar ekspor. Staf Airlangga menegaskan, kombinasi kebijakan fiskal, moneter, dan struktural menjadi kunci untuk menjaga pertumbuhan tetap positif meski terjadi PHK di beberapa sektor.
Selain itu, pemerintah berupaya menyeimbangkan antara pertumbuhan ekonomi dengan stabilitas sosial. Program-program jaring pengaman sosial ditingkatkan untuk memastikan masyarakat yang terdampak PHK tetap dapat bertahan dan melakukan adaptasi terhadap kondisi ekonomi yang dinamis.
Optimisme Ekonomi Indonesia ke Depan
Dengan pertumbuhan 5,12% dan berbagai kebijakan pemerintah yang adaptif, staf Airlangga optimis ekonomi Indonesia akan terus stabil dalam beberapa kuartal mendatang.
Meskipun tekanan global dan PHK menjadi tantangan, kombinasi konsumsi, investasi, dan intervensi pemerintah diyakini mampu menjaga momentum pertumbuhan.
Masyarakat dan pelaku usaha diharapkan tetap waspada namun optimis, karena strategi pemerintah telah
dirancang untuk meminimalkan dampak negatif dan memaksimalkan peluang bagi pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan.
Baca juga: Sudah Berdiri 133 Tahun, Kodak Beri Sinyal Bangkrut